Jumat, 25 Februari 2011

Melukis

Aku tak ingat kapan tepatnya aku mulai melukis. Rasanya sejak aku bisa memegang pensil, aku sudah sering membuat coretan menyerupai bentuk di sekitarku. Entah berapa lembar kertas hasil goresanku yang tak sempat kusimpan. tanpa disuruh, apa lagi dipaksa aku melukis dengan senang hati.

Mungkinkah ini bakat yang diwariskan almarhum Ayahku? Sebab setahuku Ibuku punya pengalaman buruk di masa kecil karena kesulitan belajar meelukis di kelasnya . Dia bahkan pernah menangis karenanya. Ya, kurang lebih itu yang diceritakan Ibuku.

Dengan melukis aku dapat menuangkan perasaan, baik senang, sedih, atau bahkan marah dan jengkel. Pernah suatu hari adikku mengganggu ketika aku sedang asyik-asyiknya main game. Ingin rasanya aku memarahi dan mencubit saking jengkelnya. Tapi aku juga kasihan. Maka  kuambil saja pensil dan kertas. Aku menggambar sepuas hati.

Aku suka meniru tokoh-tokoh komik. Itu sangat menyenangkan. Terkadang ketika wajahnya tidak mirip, aku selalu emosi. Ingin rasanya menyobek-nyobek kertas itu. Ya, memang melukis itu butuh kesabaran. jika tidak, seperti aku tadi. Aku memang suka melukis. Aku masih menyimpan lukisan yang kubuat dua tahun yang lalu. Waktu itu aku merasa gambarku bagus dan aku puas. Tapi ketika aku lihat lagi sekarang betapa menggelikannya gambar itu. Bagaimana tidak? Ukuran kepala yang kugambar dua kali lebih besar  dari ukuran sebenarnya sedangkan kakinya jauh lebih kecil dari seharusnya dan menghadap ke samping kiri dan kanan. Itulah hebatnya Ibuku. Aku tidak tahu, saat itu dia mengatakan lukisanku bagus. mungkinkah karena dia tidak tahu, atau hanya sekedar menghiburku? Yang jelas setelah itu aku diantar ibuku ke tempat sanggar melukis. Entah karena ibuku inging menghilangkan trauma masa kecilnya, atau karena ingin lukisanku lebih bagus dan berkembang dari sebelumnya? Setelah les melukis disitu, aku tidak menunggu sampai  setahunpun, aku sudah menjadi juara.

Inilah beberapa karyaku.